sumber gambar dari sini |
Icha terduduk disebuah bangku taman. Matanya tanpak asyik mengamati para bocah-bocah cilik yang tengah asyik bermain. Ada anak-anak yang bermain dengan teman-temannya, ada anak yang sedang bermain dengan baby sitternya "Ahh anak itu mengingatkanku pada masa kecilku yang kuhabiskan waktu bermain dengan Mbak Minah dan Kakak" icha berkata dalam hati. Pandangannya kemudian berhenti pada dua orang anak kecil yang sedang bermain dengan ibunya, "Pasti mereka kakak adik yang sedang main dengan ibunya, beruntung sekali mereka" gumam icha.
"DORRRRR" tiba-tiba seseorang mengangetkan Icha dari belakang bangkunya.
"Astaghfirullah" jerit Icha, hampir saja Icha loncat dari bangku tempat dia duduk.
Icha mencubit kencang tangan kakaknya sambil memarahinya "ih Kak Deni, koq ngagetin kalau jantung Icha berhenti mendadak gimana?"
"Aduh duh iya ampun" Deni mencoba membebaskan diri dari cubitan Icha. Icha tersenyum puas melihat kakaknya kesakitan dan ia pun melepaskan cubitannya.
"Habis kakak lihat dari jauh kamu bengong gitu, padahal kakak udah hampir 5 menit loh berdiri di belakang kamu"
"Masa sih kak? Duh maaf ya kak Icha asyik melihat anak-anak itu" Icha menunjuk dua orang anak yang sedang bermain dengan ibunya.
"Memangnya ada apa dengan mereka?" Deni tanpak kebingungan.
"Gak apa-apa, Icha iri sama mereka. Mereka bermain ditemani ibunya, Icha waktu kecil kalau main hanya ditemani mbak minah dan kakak terus"
"Ohhh itu. Sama aja kan maen ditemani kakak ataupun sama mama?"
"Beda kak, dulu Icha juga pengin bisa bermain sama mama dan papa, tapi setiap Icha ajak pasti mereka beralasan capek habis kerja. Dari kecil sampai sebesar ini kita juga gak pernah liburan bersama keluarga"
"Bukannya pernah kita liburan bersama?"
"ih kaka itu sih bukan liburan, itu pulang kampung. Maksud Icha kita kan gak pernah ke tempat wisata bersama."
"Oh gitu. Loh Icha kan tahu mama dan papa sibuk kerja, kalau pulang saja mereka sampai malam. Kadang weekend juga mereka kan bekerja. Jadi gak heran donk kalau mereka jadi capek dan jarang bermain dengan kita."
"Iyah sih kak tapi kan..." sebelum Icha menyelesaikan kata-katanya, Deni sudah menyela duluan.
"Icha dengerin deh kak deni" sela deni sambil mengusap rambut adiknya.
"Mama dan Papa memang sibuk dan hampir tak bisa memberikan banyak waktu mereka untuk kita. Tapi kan mereka bekerja juga untuk kita, untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita. Coba Icha ingat berapa banyak yang sudah mama dan papa kasih untuk kamu?"
Icha mengingat-ingat apa saja yang orang tuanya berikan kepada dia.
"Banyak kan cha?" tanya Deni. "Uang sekolah kamu, uang kuliah kamu, jajan kamu yang banyak, boneka-boneka kamu, apapun yang kamu minta ke mama dan papa pasti mereka kasih. Itu karena mereka sayang sama kamu, mereka gak mau kamu jadi sedih kalau tidak memberikan apa yang kamu mau."
"Iyah sih kak, Icha sadar. Icha selalu minta ini dan itu sama mama dan papa." sesal Icha.
"Sudah gak usah disesalin, sebentar lagi kan mereka pensiun. Akan banyak waktu mereka dengan kita iya kan?" hibur deni.
"iya kakak" Icha pun tersenyum.
"Ya udah sekarang kita pulang yuk, kita masak untuk mama dan papa. Pasti mereka senang pulang kerja sudah ada makanan. Ayo katanya kamu mau jadi master chef sekarang nih waktunya" Deni menarik tangan adenya agar bangun dari bangku taman.
"hehehe ayo deh" icha bangun dari bangku taman.
Icha dan Deni pun berjalan kecil keluar taman.
"Benar juga apa yang Kak Deni bilang. Mama dan Papa memang tak bisa memberi waktu yang banyak untukku. Tapi mereka selalu memberikan apapun yang aku inginkan. Harusnya aku bersyukur memiliki orang tua sebaik mereka. Baiklah mulai hari ini aku gak akan minta macam-macam sama mereka dan akan selalu bikin mereka senang" icha berkata dalam hatinya.
"Hey chef Icha masak apa ya kira-kira kita nanti" tanya Deni ke Icha.
"Masak kura-kura rebus untuk kakak yang jalannya kayak kura-kura hahahaha" jawab Icha sambil berlari mendahului kakaknya.
"Hey awasnya aku yang lebih cepat"
"Kejar Icha kalau bisa" ledek icha.
Merekapun tampak sepeti anak-anak kecil yang berada ditaman, tertawa berlarian menuju mobil mereka. Tanpa mereka sadari tingkah mereka menarik perhatian para penghuni taman tersebut, hampir semua mata ditaman melihat mereka.
"PS : Syukurilah bagaimanapun orang tua kita. Walau bagaimanapun juga orang tua adalah orang yang berjasa dalam hidup kita."
Best Regards,
Corat - Coret [Ria Nugroho]
gaya bertutur yang'beda'
ReplyDeletekebanyakan film + cerita banyak menyalahkan orang tua pekerja,tapi cerita ini seolah menjawab semuanya...Kita harus pandai bersyukur dgn kondisi ortu kita..Salut^^
nice story..love our parents
ReplyDeletecerita yg bagus..kenapa gak dikirim ke majalah?
ReplyDeletebetul sekali mbak pencerahannya, seburuk-buruk apapun kedua orang tua ibaratnya, bagi anak tetap saja merupakan tokoh yang tak bisa tertandingi oleh siapapun keberadaannya. terutama sosok ibu yang ridhonya merupakan ridho Alloh juga.
ReplyDeletesalam
@I-one : iya dunk wan kan kita ambil sisi positifnya aja
ReplyDelete@Call me Batz : setuju ^^
@Sang Cerpenis bercerita : wah mba fanny ini aku baru pertama kali bikin cerita hehe belum berani kirim ke majalah :D
@Thanjawa Arif : iyah kang ^^
Wehehehe aq bngt ini ceritanya. Dr kelas 5 SD sampai sekarang bisa diitung berapa bulan hidup bareng ibu. Ama bpk doang hehe.
ReplyDeleteTp seperti tlsn inilah saya. Ga pernah protes
Bang Pendi juga setuju...orangtua adalah segalanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namun patut juga diingat, kebahagiaan anak bukan hanya diukur dari materi yang berlimpah, perhatian dan kasih sayang dari orang tua amatlah berarti...
ReplyDeletesungguh bagus ceritanya. saya jadi ngrasa salah ma parent nih.
ReplyDeleteiya sih tetap orang tua yang terbaik
ReplyDeletewah, mbak Ria kudu tanggung jawab neh, membuat diriku kangen sama bapak ibu di rumah..
ReplyDeletenice story mbak :)
semoga postingan ini bikin para pembacanya makin sayang ortu....
ReplyDeletenice.....
ReplyDeleteIlike it... (gaya titi s)
betull kak..cerpen yang bagus. tapi orangtua juga wajib memperhatikan anaknya :)
ReplyDeleteboleh kasihtau dikit nggaaaa kak..
"Kak Ria cerpennya oke," kata Syifa. pake koma, kaaak..(maaf kalo aku sok)
huuhuu #sedih kadang suka gg bersyukur dengan kenyataan masih punya orang tua lengkap. kadang yang jadi anak suka masih egois ya :(
ReplyDeletesoal ortu bekerja memang tak akan bisa dibuatkan kesimpulan
ReplyDeleteterlalu banyak faktor yang harus diperhitungkan
dan setiap orang kasusnya berbeda..
komeng dl, ntar baru lanjutkan baca2nya scara dhe ge sibuk neh. kwkwkwk *sok sibuk*
ReplyDeleteorang tua emang selalu jadi yang terbaik, panutan nomor satu dech kasihnya,nggak akan pernah terbalas segala pengorbanan yang udah mereka berikan,,,
ReplyDeleteorang tua emang selalu jadi yang terbaik, panutan nomor satu dech kasihnya,nggak akan pernah terbalas segala pengorbanan yang udah mereka berikan,,,
ReplyDeleteMakanya dalam Islam ada yang namanya Birrul Walidain yang artinya berbuat baik pada kedua orang tua. Mumpung masih hidup, berlomba-lombalah berbuat baik kepada mereka :)
ReplyDeleteceritanya keren, dan ringan tapi penuh makna
ReplyDeletekalo inget gimana ortu berusaha ngebahagiain kita, pasti deh langsung mengahru biru. Setiap ortu pasti ngalahin kepentingan mereka sendiri buat anak2nya :) thanks for reminding ya riaa :)
ReplyDeleteya, bagaimanapun mereka yang mengantar kita ada di bumi ini, sehingga kita bisa blog-blogan
ReplyDeleteiyah mba ri, mereka kerja keras, sibuk demi anak anak yah :D *tua
ReplyDeletemari kita bahagiakan beliau :)