Sepulang sekolah, Syarif seperti biasa bekerja memulung, mengais-ngais sampah untuk mencari rezeki. Dia nampak begitu ceria karena ia berniat membeli bendera merah putih hari ini. Saat dia sedang asyik mengais sampah disebuah tempat sampah tiba-tiba datang 3 orang pemuda. Ketiga pemuda itu memaksa Syarif untuk menyerahkan uang, Syarif berusaha mempertahankan uangnya. Namun badannya yang mungil tak berdaya melawan ketiga pemuda itu. Setelah mendapatkan seluruh uang Syarif ketiga pemuda itupun pergi sambil tertawa meninggalkan Syarif. Syarif berdiri terpaku, melihat ketiga pemuda itu pergi. Dia begitu sedih, marah dan kesal. Syarif berjalan menarik gerobaknya dengan langkah lemah. Dia berhenti di masjid, seperti biasa ia menaruh gerobak di sudut halaman masjid. Kemudian dia duduk ditangga, tanpa ia sadari ia mulai meneteskan airmata.
Pak Saleh salah seorang pengurus masjid mendekati Syarif. "Kenapa kamu menangis nak? Apa kamu sudah membeli benderanya?"
“Duitnya sudah hilang pak. Padahal selama 3 hari kemarin saya sudah memulung sampai larut agar uang itu terkumpul." jawab Syarif sambil menyeka air matanya.
Pak Saleh menghela nafas panjang. “Kalau boleh bapak tau kenapa kamu sangat menginginkan Bendera merah putih.”
"Saya ingin sekali mengibarkan bendera merah putih dirumah pak, untuk menghormati para pahlawan yang sudah berjuang keras membuat Indonesia merdeka.”
Pak Saleh tersenyum mendengar jawaban Syarif. “Tunggu sini sebentar ya nak.” Pak Saleh bangkit dan masuk kedalam masjid. Selang beberapa menit ia kembali sambil membawa sesuatu di tangannya.
“Ini untukmu nak, ambillah.” Pak Saleh menaruh sebuah bendera merah putih di pangkuan Syarif.
Syarif terkejut dia senang sekali memegangi bendera yang ada dipangkuannya. “Alhamdulillah, ini untuk saya pak. Terima kasih pak.”
“Kebetulan tadi siang ada seseorang datang memberikan bendera ini untuk masjid, tapi seperti yang kamu lihat bendera di masjid ini masih bagus. Jadi bapak pikir ini akan lebih bermanfaat jika untuk kamu, bendera ini cocok untuk pejuang cilik seperti kamu nak. Yang bekerja untuk keluarga, sekolah dan untuk membeli sebuah bendera” Syarif terus tersenyum memegangi bendera barunya.
“Sudah sekarang kamu pulang dan segera pasang benderamu, besok kan sudah tanggal 17.”
“Iya pak. Sekali lagi terima kasih ya pak. Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam.”
Syarif berlari ke arah gerobaknya, kemudian ia memasukkan benderanya ke dalam tas sekolahnya yang tergantung di gerobak. Dengan langkah cepat ia menarik gerobaknya meninggalkan masjid menuju rumahnya.
Sesampainya dirumah ia langsung menaruh gerobaknya disamping rumahnya dan mengambil tasnya, lalu berlari masuk ke dalam rumah. Ia mengambil bambu yang ada dibelakang rumahnya dan kemudian ia dengan segera mengikat bendera merah putihnya, lalu mengikatkan bambunya di tiang atap rumahnya dibantu ibu dan adiknya. Angin sore membuat bendera berkibar-kibar menunjukkan kewibawaannya. Syarif begitu kagum melihat bendera merah putih yang berkibar, kemudian dia memberi hormat dan menyanyikan lagu Indonesia raya. Adiknya Sari pun mengikuti kakaknya hormat dan bernyanyi dengan suara cadelnya. Sari walaupun masih berumur 5 tahun namun dia sudah afal lagu Indonesia Raya, karena Syarif sering mengajarkannya. Ibu Syarif tersenyum melihat kedua anaknya yang sedang asyik bernyanyi, dia sangat bersyukur memiliki anak-anak yang begitu cinta tanah air. “Semoga anak-anakku memiliki sifat seperti bendera merah putih, berani dan jujur, Amin” Ibu Syarif berdoa dalam hatinya.
---------------------------------------------
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Blogger Bakti Pertiwi yang diselenggarakan oleh Trio Nia, Lidya, Abdul Cholik.
Sponsored By :
- http://www.kios108.com/
- http://halobalita.fitrian.net/
- http://topcardiotrainer.com/
- http://littleostore.com/
wah hebat ya :O kadang dalam keterbatasan justru ada makna lebih yang bisa diambil
ReplyDeleteWehehe makin banyak aja nih yak blogger ngikutin kontes ini :D
ReplyDeleteSemoga sukses :D :D
oh, tak kira itu true story, haha
ReplyDeleteSemangat sharif perlu kt teladani,bagaimanapun kt masyarakat indonesia berhutang jasa kepada para pahlawan2 yg tlah berjuang demi kemerdeka'an bangsa indonesia.
ReplyDeletewaaaw.si gayus harusnya malu sama si syarip tuh =)
ReplyDeletesalam gahoeeelss mbak =3
lumayan juga nih....moga menang ya
ReplyDeletesayang hormat bendera sekarang jarang yang melakukannya sepenuh hati...
ReplyDeletebeda dengan anak-anak dulu yang belum dicekokin kebebasan ala internet
Terima kasih sudah ikut berpartisipasi ya Ria
ReplyDeletesmoga selalu ada anak-anak seperti syariif. =)
ReplyDeleteini diikutkan lomba y? gut lak y mb ..moga juara !
=D
*pengen jg ikutan. hihi
Ceritanya bajuuusss ;)
ReplyDeleteSemoga menang yaa..
Terimakasih atas partisipasi sahabat dalam kontes CBBP
ReplyDeleteArtikel sudah lengkap....
Siap untuk dinilai oleh tim Juri....
Salam hangat dari Jakarta....
Sehari ini aku udah melihat 3 blog yg memposting tentang kontes ini B)
ReplyDeleteGood luck ya..
hormaaatt grak!!!
ReplyDeletejarang2 anak kecil mentingin bendera, saluteee utk Syarif
Semoga bangsa ini masih memiliki banyak syarif yg cinta pada negaranya.
ReplyDeletesemangat ya utk kontesnya.. semoga menang. :)
salut dengan kegigihan syarif, sukses ya mbak, moga pesan dari ceritanya gak hanya nyangkut dlm cerita tp dlm kehidupan sehari-hari juga :D
ReplyDeletesemoga sukses ya kontesnya.
ReplyDeletedhe napak jejak dl, ntar bru baca2. #buru2 ngelarin kerja.
ReplyDeleteJadi inget sama lagu benderanya Coklat :')
ReplyDeleteGood luck buat kontesnya :)
semoga banyak anak2 yg seperti syarif yg memiliki kegigihan.. :D
ReplyDeletesemoga menang ya mbak..
ahaaa, sipsip, hope to be a winner...
ReplyDeletemerah putih, berani dan jujur, jujur dan berani...
ReplyDeletemba riaaa, smoga berhasil giveawaynya :)
dalam serba keterbatasan
ReplyDeletejiwa pejuangnya masih tersimpan ^^
moga sukses bwt kontesnya ria
agustus sekarang kok rasanya di depan tiap rumah tak ada bendera merah putih, padahal mestinya sejak tanggal satu sudah dipasang. keasyikan puasa jadi lupa agustusan kayaknya.
ReplyDeletejadi kangen pengen upacara bendera lagi, semenjak melepas seragam putih-abu2 sudah tak pernah lagi hormat ke bendera..
ReplyDeleteKalau kita gigih pasti bisa dapetin apa yang kita mau sih.. ya contohnya ini, ya mbak? :D
ReplyDeletesepertinya akhir akhir ini rasa nasionalisme sudah semakin menipis
ReplyDeletenice story! simple yet, touchy! :)
ReplyDeleteowh,,,,
ReplyDeletesemoga menjadi,, cermin blogger yang bebakti pada ibu pertiwi,,
Ibu pertiwi (tanah air) bali sekarang makin dirusak. bakal ada jalan bawah tanah. kasian :(
ReplyDeletetulisan mbak bikin saya mikir lebih jauh ke depan. tulisannya bagus mbak. semoga menang ya :)