Suatu pagi di sebuah perumahan ada seorang tetangga yang baru meninggal dunia. Terlibat percakapan singkat seorang bapak dengan anaknya didalam rumah tentu saja bukan dirumah tetangga yang meninggal tersebut. Percakapan yang menarik saat kudengar.
Ayah : "Jangan jam sepuluh nak, Ayah mau melayat bagaimana kalau siang saja setelah acara pemakaman?"
Anak : "Hmm baiklah. Tapi bukankah Ayah sudah datang melayat tadi seusai shalat subuh?"
Ayah : "Iya tapi tadi disana hanya ada sanak keluarga saja. Para tetangga belum datang, kalau Ayah tidak datang lagi kesana nanti takut disangka tetangga Ayah tidak datang melayat."
Anak : "Ohh..."
Hmmm itulah percakapan yang tidak sengaja saya dengar. Saya heran sebenarnya si Bapak itu melayat karena benar-benar turut berduka cita atau karena takut menjadi bahan omongan negatif tetangga jika tidak datang melayat?
Dilain tempat ada seorang ibu yang sibuk ngedumel dan curhat ke beberapa orang, dia kesal karena menantunya disuruh datang melayat tidak mau datang. Saya tersenyum saja mendengarnya kenapa Ibu itu harus ngedumel, kesal dan bercerita ke orang-orang tentang menantunya itu? Bukankan itu membicarakan kejelekan orang dibelakang, lalu apa bedanya dia dengan menantunya?
Mungkin sang menantu merasa malu tidak terlalu kenal tapi saya yakin walau dia tidak datang melayat dia pasti melantunkan doa untuk Almarhumah. Tadi malam saat pengajian malam ketujuh si menantu datang koq ikut berdoa. Jadi pasti ada alasan kenapa dia waktu itu tidak datang.
Mungkin sang menantu merasa malu tidak terlalu kenal tapi saya yakin walau dia tidak datang melayat dia pasti melantunkan doa untuk Almarhumah. Tadi malam saat pengajian malam ketujuh si menantu datang koq ikut berdoa. Jadi pasti ada alasan kenapa dia waktu itu tidak datang.
Bukankan melayat itu dengan hati yang iklash karena memang panggilan hati yang turut berduka cita dan untuk memberi dukungan moril pada keluarga yang ditinggalkan. Lalu kenapa harus peduli pada omongan tetangga? Kenapa harus takut di cap negatif sama tetangga?
Kalau memang kita orang yang baik sepertinya tidak harus selalu menunjukkannya dihadapan orang banyak karena saya rasa orang-orang sudah cerdas dapat melihat mana orang yang baik dan tidak baik.
Best Regards,
Corat - Coret [Ria Nugroho]
Follow me on Twitter @rianugros
Untuk Una, Mba Fanny, Dihas, Rio dan satu orang lagi aku lupa tadi :((
ReplyDeleteMaaf sangat maaf tadi komen kalian terhapus
Aku marked all dan mau klik publish tapi malah salah klik jadi delete
Maaf seribu maaf yaaaa :'(
Gak bisa di undo yg didelete ya :'(
memang melayat harus ikhlas , biar dapat pahala ya mbak
ReplyDeleteyahhh... cape banget tadi nulis komen gue. perasaan banyak kata yg gue tulis tadi. huhuhuu!
ReplyDeletememang terlalu protek banget sih mbak Ria
huhuhu maaf yaaa bung penho :((
Deleteoh tadi yg satu lagi bung penho ya yang nulis
maaf ya kemarin salah pencet mau publish malah ke klik delete :(
huah... semoga hati tetep bersih ya.. entah itu dalam kegiatan apapun.. termasuk melayat.. :)
ReplyDeleteBener, klo emank bisa dateng dan tau ada yang aku kenal meninggal biarpun gak kenal deket pasti aku usahain untuk dateng :) lagian klo cuma dateng biar keliatan sama tetangga mah ngapain mesti dateng... mending gak usah dateng tapi ikut melantunkan doa... dan klo bisa ikut dateng di tujuh hariannya :)
ReplyDeletehmmm, begitulah hidup ini, sedikit yg memahami apa itu iklas
ReplyDeleteSelalu berbuat karena takut pada penilayan yg lain
betul bnget , melayat kan harusnya ikhlas ya.... hmmm.
ReplyDeleteiya mbak betul kadang ada yang melayat karena berharap kelak jika kita mengalami supaya dilayat juga, bukan karena kewajiban kita yang merupakan hak orang lain, salah satunya jika meninggal menguburkannya.
ReplyDeletejangan karena belum di lihat mbak ria terus melayat lagi ya..
ReplyDeleteyups mesti dg hati yang tulus ikhlas
ReplyDeleteSetuju banget, kecoak
ReplyDeleteTumben nih kecoak bikin postingan yang serius :D
saya jarang takziyah atau melayat, walau sebenarnya ingin. rasanya itu baik, disamping mengingatkan akan mati juga bisa belajar banyak bagaimana mengurus orang mati.
ReplyDeleteSaya malah pernah gak ngelayat. Antara takut dan bingung kalo ada banyak orang.
ReplyDeletesuatu bentuk ke ikhlasan bisa dilihat dari tingkah laku yang dewasa & mapan secara pikiran bukan dari pertunjukan pamer
ReplyDeleteMasyaAllah...
ReplyDeleteemmmmmmm
ReplyDeleteno comment deh kalo ada orang semacam itu di sekitar saya
Yg miris lagi saat di tempat takziah..orang2 banyak yg bergosip gak jelas...
ReplyDeleteberbuat kebaikan karena Allah jangan krn ingin dilihat orang lain ya seharusnya
ReplyDeletesaya setuju, kalau kita memang iklas, ngapain berharap dan memperlihatkan. toh biar alloh yang menilai, iya ga?
ReplyDeleteIkhlas.. ya itu memang agak sulit.. Selalu saja datang yang namanya riya, ujub.., dan kawan-kawannya.. Bermaksud lain selain karena Allah. Tapi kita harus berusaha..
ReplyDeleteMelayat juga bukan karena takut dikira nggak datang, .. Melayat kan juga mengingatkan kita kalau kita nanti juga kayak begitu
keikhlasan dalam hati adalah sebuah kunci hidup kita, dan semua yg akan kita lakukan di dunia ini, dan tak perlu memilih kenal atau tak kenal, berusahalah untuk tetap ikhlas n lillahi ta'ala...
ReplyDeleteikhlas..adalah satu dari beribu-ribu kata yang sangat diteladani....
ReplyDeletejagalah keikhlasanmu itu....
bener2 miris baca postingannya, tapi kalo melihat diri sendiri, apa kita juga udah bisa ikhlas dalam segala tindakan?
ReplyDeleteapa udah bisa ngebuang rasa riya sebelum melakukan sesuatu?
hehe, saya rasa susah, soalnya udah fitrah manusia memiliki nafsu. Saya juga gitu.
Semoga aja kita dijaga dari rasa riya dan ujub.
Info menarik dan boleh sekali dicoba, Makasih buat infonya dan sukses
ReplyDeletesemangat slalu yaa...:)
ReplyDeletesalam kenal aja semua nya ,,,,,,,,,
ReplyDeletemakasih banyak atas semua info nya ,,,,,,,,,,
ReplyDelete