Istilah kalimat "Mulutmu Harimaumu" pasti sudah tidak asing lagi ya. Atau ada yang belum paham akan istilah ini? Saya yakin semua paham. Jadi istilah mulutmu harimaumu itu adalah hati-hati dalam berkata kepada orang lain, karena bisa jadi kata-kata yang kita ucapkan malah akan menyerang balik kita atau merugikan diri kita sendiri. Hii serem ya, kalau saya sih enggak mau rugi *ups.
Kenapa saya membahas mulutmu harimaumu? Ini karena beberapa waktu lalu ada seseorang yang mengingatkan saya akan peribahasa satu ini. Siapa dia? Rahasia donk ya sebut saja si Teteh. Jadi ceritanya si Teteh ini ada salah paham dengan teman-temannya, enggak ada angin enggak ada hujan langsung badai topan yang datang nah loh. Si Teteh ini marah ke teman-temannya dengan kata-kata yang sangat kasar, kalau saya yang mengalami pasti saya pun tersinggung untungnya ini bukan pengalaman saya.
Lanjut cerita, teman-temannya bingung mereka salah apa dan dimana sampai mendapatkan makian seperti itu. Kesalah pahaman ini pun berbuntut panjang sampai ke anaknya si Teteh, anaknya yang biasa bermain dengan anak dari teman-temannya ditarik paksa untuk keluar. Karena sepertinya si Teteh itu sudah menyadari yang di ucapkan itu salah dan malu untuk berkumpul kembali dengan teman-temannya.
Pikirkan baik-baik setiap ucapan
Itulah akibat dari tidak bisa mengontrol ucapan, yang rugi jadinya siapa kan diri sendiri. Malu iya, merasa bersalah iya, dicap jelek juga iya. Sebaiknya sebelum kita berucap pikirkanlah baik-baik apakah yang kita ucapkan ini baik? apakah benar? Usahakan apapun yang kita ucapkan jangan sampai menyakiti hati orang lain. Karena jika suatu ketika posisi dibalik, kita yang disakiti oleh ucapan seseorang pasti enggak menerima.
Lebih baik diam saat marah
Saya menuliskan ini bukan berarti saya pun pandai mengontrol setiap ucapan saya. Ada kalanya saya tidak terkontrol hingga mengucapkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Namun saya dari kecil sudah terdidik untuk tidak berbicara kasar kepada siapapun, jadi saya tidak pernah mengucapkan kata kasar seperti penghuni kebon binatang atau dunia lain, saya tidak suka mengucapkannya. Saya pribadi lebih suka diam jika sedang marah, daripada nantinya kata yang saya ucapkan salah bahkan menyerang balik saya. Tapi diam bukan berarti mengalah ataupun memendam amarah loh ya, saya biasanya tetap mengutarakan ketidak sukaan saya pada orang tetapi dalam keadaan kepala dingin. Sehingga saya bisa mengontrol setiap kata yang saya ucapkan.
Btw di zaman sekarang sepertinya bukan hanya "Mulutmu Harimaumu" tapi bisa juga dijadikan peribasa kekinian nih "Jarimu Harimaumu".
Zaman sekarang mah bukan hanya mulut yang cerewet tapi jari juga bisa cerewet, bedanya kalau mulut yang cerewet jadinya bikin berisik ditelinga. Sedangkan kalau jari yang cerewet bikin mata yang melotot atau nangis hehehehe. Iya kan sekarang mah orang-orang lebih suka mengutarakan uneg-unegnya di media sosial dengan update status. Bahkan uneg-uneg ketidak sukaan pada seseorang pun disampaikan secara terbuka di medsos, tanpa memikirkan hati orang yang di sindir itu jika membacanya.
Mending sih sindir menyindir orang lewat sosmed, yang bikin saya enggak habis pikir mah masalah dalam rumah tangga juga ditulis terbuka di status sosmed. Hmmm membuka aib diri sendiri, aib keluarga, aib sahabat ahhh enggak pantas rasanya bagi saya. Merugikan diri sendiri saja karena bukan simpati yang didapat tetapi malah orang lain bakal melabel jelek kepada kita.
Nah enggak mau kan kita jadi merugi karena kata-kata yang kita ucapkan atau yang kita tuliskan. Saya sih enggak mau hehehe. Jadi hati-hati ya dengan Mulutmu Harimaumu. Yuk ah kita sama-sama belajar mengontrol setiap kata yang akan kita ucapkan dan tuliskan.
CatatanRia.com
Bener banget, Mbak. Lagian suka risih kalau ada orang yang update status seputar masalah rumah tangga.
ReplyDeleteParahnya, kadang nggak hanya seorang yang kesindir. :'D
ReplyDeletejari cerewet
ReplyDeletebener banget mbak
sosmedsos
Banyak yang sengaja pamer masalah rumah di medsos menurut saya mah.
ReplyDeleteMotifnya entah apa